Wednesday, July 15, 2020

Ken Arok Lolos dari Pengejaran

Perilaku Ken Arok yang semakin rusuh membuat namanya semakin dikenal buruk. Pernah suatu kali ia memaksa gadis cantik anak seorang penyadap enau di Kapundungan untuk menemani Arok di hutan Adiyuga. Perilakunya ini membuatnya semakin tercemar. Tak hanya sampai disitu, Arok juga kerap merampok orang di jalan.

Nama buruk Ken Arok sampai juga di telinga Tunggul Ametung, akuwu Tumapel. Ia memerintahkan pasukannya untuk menangkap Ken Arok hidup atau mati. Merasa nyawanya terancam, Arok segera pergi menuju tempat keramat Rabut Gorontol. Disana ia terpergok, namun berhasil lari dan mengungsi ke daerah Wayang, lalu bertempat di rumah gubug sebuah ladang di daerah Sukamanggala. Disana ia masih sempat merampok seorang penangkap burung pipit. Ia kembali terancam karena amukan masyarakat, lalu melarikan diri menuju tempat pertapaan para resi di Rabut Katu. Beberapa hari kemudian Ken Arok melanjutkan petualangannya ke daerah Junwatu hingga Lulumbang.

Di Lulumbang, Arok menumpang rumah seorang warga yang bernama Gagak Inget. Gagak Inget menaruh belas kasihan padanya; namun tidak berapa lama Ken Arok kembali merusuh dan merampok. Iapun kembali dikejar orang dan akhirnya pergi ke Kapundungan. Setelah berhari-hari berada di Kapundungan, ia pergi merusuh di daerah Pamalantenan. Naasnya, ia dipergoki warga dan dikepung oleh ratusan orang. Ken Arok tak bisa lari karena beragam pasang mata memandangnya dengan keji. Mereka telah siap membawa parang, golok, kayu dan berbagai senjata lainnya untuk menamatkan riwayat Ken Arok. Dalam kekhawatiran dan ketakutannya, Arok memanjat pohon tal yang tinggi menjulang. Ia berada diatas pohon untuk menyelamatkan diri dari warga yang menunggu di bawah. Para pengepung semakin beringas. Mereka menebang pohon tal agar Arok dapat jatuh dan dihajar beramai-ramai. Mulailah muncul keringat dingin, serta gemetaranlah tubuh Ken Arok. Ia menengadah ke langit, berharap pertolongan dewata. Harapannya itu tak bertepuk sebelah tangan.

"Cabutlah daun tal itu dan kepakkanlah dengan dua tanganmu. Niscaya kau bisa terbang untuk menyelamatkan diri"

Suara itu menggema di langit dan didengar semua orang. Tanpa pikir panjang Arok menurutinya. Ia mencabut daun tal dan dipegang dengan kedua tangannya. Saat dikepakkan, melayang pulalah tubuh Ken Arok di udara. Ia berhasil menyelamatkan diri dari amukan warga yang masih terkejut menyaksikan seorang pencuri yang mendapat bisikan gaib dari langit hingga dapat terbang tinggi. Ken Arok melayang kemudian turun ke sebuah daerah bernama Nagamasa.

Setelah menghabiskan beberapa waktu di Nagamasa, nyatanya Ken Arok tak pernah luput dari pengejaran. Ia kembali melarikan diri ke daerah Kapundungan. Saat Arok berlari dan bersembunyi, ketua desa Kapundungan yang sedang bercocok taman mendapati Ken Arok yang sedang ketakutan.

"Mengapa kau begitu ketakutan, anak muda?," tanyanya.

"Patik sedang dikejar pasukan Daha dan warga yang memendam amarah karena suatu kesalahan patik yang kiranya tak dapat dimaafkan," jawab Ken Arok.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan memberimu perlindungan. Aku memiliki enam anak yang setiap hari membantuku mengerjakan sawah. Kebetulan salah satu anakku berhalangan datang karena dia sedang bekerja mengeringkan empang. Maka dari itu berpura-puralah untuk ikut mencangkul bersama kelima anakku".

Ken Arok pun ikut mencangkul bersama kelima anak ketua desa Kapundungan itu. Tidak lama, datanglah pasukan Daha bersama para warga. Salah satu pemimpin pasukan mendapati kegiatan penggarapan sawah ketua desa kemudian segera menanyainya.

"Adakah tuan mendapati seseorang yang berlari ke arah sini? Orang itu sedang dalam pengejaran kami"

"Ampun, tuanku, hamba tidak melihatnya karena sedari tadi hamba bekerja mencangkul tanah bersama keenam anak hamba".

Salah seorang warga yang telah mahfum akan keseharian ketua desa berhasil meyakinkan sang pemimpin pasukan, bahwasanya yang mereka lihat hari ini adalah ketua desa dan anaknya yang berjumlah enam. Keenam anaknya lengkap dan kesemuanya sedang mengerjakan sawah. Pasukan dan warga pun akhirnya pergi meninggalkan ketua desa beserta kelima anaknya, dan Ken Arok yang berpura-pura sebagai anak keenamnya. Selamat lagilah Ken Arok.

"Pergilah segera dari sini, sebab jika muslihat ini ketahuan, tamatlah riwayat kita semua. Lari dan berlindunglah di hutan," perintah sang ketua desa. Arok menurutinya dan segera bersembunyi di hutan Patangtangan.

Sumber bacaan :

Pararaton karya Gamal Komandoko

Menuju Puncak Kemegahan karya Slamet Muljana

Bunga Rampai 700 Tahun Majapahit karya Sartono Kartodirdjo dkk

Artikel ini pernah dimuat di UC News

No comments:

Post a Comment