Thursday, December 13, 2018

Tes Masuk SMSR : Catatan Masa Sekolah di SMSR / SMKN 11 / SMKN 12 (Episode 2)

Senandung Alam Imajiner by Hening Purnamawati



Episode 2: Tes Masuk SMSR


'PENGUMUMAN! Tes Menggambar akan diadakan pada hari X bulan Y tahun 2002! Calon murid baru wajib membawa pensil 2B dan penghapus'

Begitulah isi pengumuman itu. Lima hari sebelum tes menggambar dilangsungkan, aku didatangi seorang kawan semasa SMP di rumah. Dia akrab kupanggil 'Kijing', karena nama aslinya 'Sugeng' rasanya terlalu mewah baginya. Bagaimana tidak, hari-harinya hanya diisi dengan memancing dan membual. Fisik memang 'sugeng', tapi pikiran belum tentu. Hari itu ia mengeluh bahwa ia belum mendaftar masuk SMA. Aku tanya sebabnya, ia cuma menghela nafas seperti berat untuk menjawab, namun kemudian ia toh menjawab juga. Keinginannya menjawab ini bukan karena desakan pertanyaanku, melainkan lebih karena dorongan hasratnya sendiri untuk membual.

"Kenapa aku belum mendaftar SMA? Karena beberapa hari ini aku sibuk jadi panitia Soundrenaline".

Tahu sendiri, aku malas menanggapi bualan bocah baru lulus SMP yang mengaku sebagai panitia even musik besar itu. 

"Jing, kamu kan suka musik? Aku baru mendaftar di sekolah kejuruan seni. Ada jurusan musiknya juga"
"Aku mau! Aku mau masuk jurusan musik!"
"Tapi kamu cocoknya masuk jurusan mesin"

Obrolan yang entah bagaimana kelanjutannya, tapi sukses membuat Kijing nurut. Ia keesokan harinya pergi mendaftar jurusan mesin di SMSR. Aku menyuruhnya masuk jurusan mesin agar ke depannya bualannya bisa lebih variatif lagi..bukan hanya membual soal musik saja.

Akhirnya pada hari-H, aku memasuki sebuah ruang kelas SMSR yang dijadikan tempat tes. Disana terdapat cukup banyak peserta. Rupanya, jurusan grafis dan jurusan seni rupa dites dengan soal yang sama: kami disuruh menggambar sebuah kendi yang diletakkan disamping keranjang buah. Aku masih ingat ketika itu aku duduk di barisan kedua pada bangku ketiga. Di depan sendiri, pojok dekat pintu, anak jangkung berambut keriting yang kulihat ketika pendaftaran siswa baru itu duduk disitu. Pakaiannya masih sama, seragam SMP putih-biru penuh coretan tanda-tangan. Mungkin seragam itu sudah dipakainya selama dua minggu.

Tes dimulai dan para peserta mulai menggambar kendi dan keranjang buah.
"Menggambarnya boleh dengan bantuan alat lain, misalnya penggaris..."
Sebelum Bapak pengawas menyelesaikan kalimatnya, si kumal berambut keriting itu langsung memotongnya,
"Nggambar begini tidak usah pake penggaris, pak!"
Ucapannya terdengar angkuh dan sesumbar, namun ia benar-benar membuktikannya. Ia menjadi peserta pertama yang berhasil menyelesaikan tes itu dengan hasil gambar yang sangat baik. Tekhnik hitam-putih yang ditorehkannya dengan pensil 2B benar-benar seperti pelukis profesional. Berbeda dengan peserta lain yang membutuhkan waktu cukup lama, termasuk aku yang bolak-balik kecewa melihat hasil gambarku sendiri sembari berkali-kali menguap. Si Kijing sialan itu sehari sebelum tes mengajakku mancing ikan bandeng semalam suntuk di kolam pancing Kalanganyar.

Dengan penuh ketidakyakinan bisa lulus tes, beberapa hari kemudian aku melihat namaku di papan pengumuman daftar siswa baru. Ternyata lulus! Si Kijing juga lulus.. Oh, pembual itu satu sekolah lagi denganku.. ah, yang penting dia beda jurusan!

Setelah pengumuman penerimaan siswa baru usai, Kijing datang lagi padaku dan kembali membual:

"Kemarin aku iseng masuk ruang praktek mesin industri. Dalam sekejap aku sudah mengerti semuanya. Anak-anak murid baru dan para guru yang ada disitu sampai kuajarkan tentang cara kerja mesin bubut"

Gara-gara bualannya itu dan sebuah kenyataan bahwa aku kembali satu sekolah dengan Kijing si pembual, aku jadi membayangkan betapa hari-hariku selama tiga tahun ke depan di SMSR terasa sangat berat...



To be continued......

No comments:

Post a Comment